Ibu Negara, Iriana Joko Widodo dan Ibu Hj. Wury Estu Ma’ruf Amin |
www.YARSIPONTIANAK.COM (JAKARTA) – Mengetahui secara dini gejala kanker payudara sangatlah penting dilakukan, karena penyakit kanker inilah yang menyebabkan kematian terbesar di Indonesia.
Hal itu disampaikan Ibu Negara, Iriana Joko Widodo dan Ibu Hj. Wury Estu Ma’ruf Amin saat melakukan peninjauan sosialisasi pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan didampingi Ibu Ida Gunadi Sadikin Wakil Ketua Bidang-2 OASE-KIM sekaligus Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenkes di Griya Agung Istana Gubernur Sumsel, Kota Palembang, Sumatera Selatan pada Kamis (24/11) lalu.
Dalam kegiatan kunjungan kerja bidang Kesehatan ini juga turut dihadiri oleh para anggota Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM). Selain itu, sosialisasi gerakan SADARI dan SADANIS diikuti oleh 200 peserta yang merupakan kader posyandu di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.
Ida Gunadi Sadikin disela-sela mendampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Ibu Hj. Wury Estu Ma’ruf Amin melakukan peninjauan sosialisasi pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) mengatakan bahwa dalam kegiatan ini mengundang 200 kader posyandu dari 17 Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan.
“Pada kegiatan OASE pagi hari ini, kami mengundang 200 kader posyandu dari 17 Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan,” ungkap Ida.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terkait pentingnya melakukan deteksi dini kanker terbanyak di Indonesia yakni kanker payudara secara rutin setiap bulannya.
Ida juga mengungkapkan, perlunya sosialisasi SADARI dan SADANIS ini karena kanker payudara adalah kanker yang menyebabkan kematian terbesar di Indonesia. Sebanyak 70 persen dari wanita yang terdeteksi kanker sudah dalam stadium lanjut.
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang sulit disembuhkan. Di tahun 2020, jumlah kematian akibat kanker payudara mencapai 22.430 orang sedangkan penemuan kasus barunya mencapai 65.858 kasus, diantaranya sekitar 60-70 persen pasien didiagnosis pada stadium lanjut (III dan IV).
Hal ini mengakibatkan beban pembiayaan yang besar serta kualitas hidup yang rendah bagi penderitanya.
SADARI tidak memerlukan alat-alat khusus karena pemeriksaan payudara dilakukan dengan cara melihat dan meraba payudara sendiri. Pentingnya melakukan SADARI pasca masa menstruasi 7-10 hari.
“Apabila dalam pemeriksaan ditemukan benjolan atau perubahan tertentu pada payudara maka dapat diketahui sejak dini,” jelas Ida Gunadi Sadikin.
Sedangkan SADANIS merupakan pemeriksaan payudara secara klinis yang dilakukan oleh tenaga Kesehatan seperti dokter, bidan, atau petugas Kesehatan yang sudah terlatih. Pemeriksaan payudara secara klinis dilakukan dari mulai inspeksi payudara hingga palpasi di seluruh area payudara.
Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan DWP Kemenkes bersama OASE-KIM kepada para kader PKK yang merupakan ujung tombak dari keberhasilan upaya deteksi dini kanker payudara melalui gerakan SADARI dan SADANIS. (tim liputan).
Editor : Humas Yarsi Pontianak